Karena sifat dan
karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan yang paling banyak
digunakan untuk keperluan konstruksi. Kebutuhan kayu yang terus
meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan
kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain
dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang
bermanfaat. Di lain pihak, seiring dengan perkembangan teknologi,
kebutuhan akan plastik terus meningkat Sebagai konsekuensinya,
peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Limbah plastik merupakan
bahan yang tidak dapat terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai (non
biodegradable), sehingga penumpukkannya di alam dikhawatirkan akan
menimbulkan masalah lingkungan.
Perkembangan teknologi,
khususnya di bidang papan komposit, telah menghasilkan produk komposit
yang merupakan gabungan antara serbuk kayu dengan plastik daur ulang.
Teknologi ini berkembang pada awal 1990-an di Jepang dan Amerika
Serikat. Dengan teknologi ini dimungkinkan pemanfaatan serbuk kayu dan
plastik daur ulang secara maksimal, dengan demikian akan menekan jumlah
limbah yang dihasilkan. Di Indonesia penelitian tentang produk ini
sangat terbatas, padahal bahan baku limbah potensinya sangat besar.
Tulisan
ini akan memaparkan secara singkat mengenai potensi dan pemanfaatan
limbah kayu, khususnya serbuk kayu, dan limbah plastik sebagai produk
komposit serbuk kayu-plastik daur ulang.
POTENSI DAN PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU
Kebutuhan
manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan
konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di
Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan
rata-rata sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu bulat
diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi
defisit sebesar 45 juta m3 (Priyono,2001). Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu.
Keadaan ini diperparah oleh adanya komversi hutan alam menjadi lahan
pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek pemanenan
yang tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti oleh
perambahan hutan. Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara efisien
dan bijaksana, antara lain melalui konsep the whole tree utilization,
disamping meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan
pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti
kayu.
Patut disayangkan, sampai saat ini kegiatan pemanenan dan
pengolahan kayu di Indonesia masih menghasilkan limbah dalam jumlah
besar. Purwanto dkk, (1994) menyatakan komposisi limbah pada kegiatan
pemanenan dan industri pengolahan kayu adalah sebagai berikut :
1. Pada pemanenan kayu, limbah umumnya berbentuk kayu bulat, mencapai 66,16%
2.
Pada industri penggergajian limbah kayu meliputi serbuk
gergaji 10,6&. Sebetan 25,9% dan potongan 14,3%, dengan total limbah
sebesar 50,8% dari jumlah bahan baku yang digubakan
3.
Limbah pada industri kayu lapis meliputi limbah potongan 5,6%, serbuk
gergaji 0,7%, sampah vinir basah 24,8%, sampah vinir kering 12,6% sisa
kupasan 11,0% dan potongan tepi kayu lapis 6,3%. Total limbah kayu lapis
ini sebesar 61,0% dari jumlah bahan baku yang digunakan.
Data
Departemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 1999/2000 menunjukkan bahwa
produksi kayu lapis Indonesia mencapai 4,61 juta m3 sedangkan kayu
gergajian mencapai 2,06 juta m3. Dengan asumsi limbah yang dihasilkan
mencapai 61% maka diperkirakan limbah kayu yang dihasilkan mencapai
lebih dari 5 juta m3 (BPS, 2000).
Limbah kayu berupa potongan log
maupun sebetan telah dimanfaatkan sebagai inti papan blok dan bahan
baku papan partikel. Adapun limbah berupa serbuk kergaji pemanfaatannya
masih belum optimal. Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk
kayu gergajian sudah dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang
aktif yang dijual secara komersial. Namun untuk industri penggergajian
kayu skala industri kecil yang jumlahnya mencapai ribuan unit dan
tersebar di pedesaan, limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Sebagai contoh adalah pada industri penggergajian di Jambi yang
berjumlah 150 buah yang kesemuanya terletak ditepi sungai Batanghari,
limbah kayu gergajian yang dihasilkan dibuang ke tepi sungai tersebut
sehingga terjadi proses pendangkalan dan pengecilan ruas sungai (Pari,
2002). Pada industri pengolahan kayu sebagian limbah serbuk kayu
biasanya digunakan sebagai bahan bakar tungku, atau dibakar begitu saja
tanpa penggunaan yang berarti, sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan (Febrianto,1999). Dalam rangka efisiensi penggunaan kayu
perlu diupayakan pemanfaatan serbuk kayu menjadi produk yang lebih
bermanfaat.
Pages
KOMPOSIT SERBUK KAYU PLASTIK DAUR ULANG
Diposting oleh
bagussiikazuya
Minggu, 24 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Blogger templates
Popular Posts
-
Angry Birds Angry Birds adalah video game yang mulanya pada aplikasi iPad / iPhone , namun kini telah dirilis di berbagai media. Game i...
-
Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi. Kebutuhan kayu ...
-
Mempunyai sahabat dalam kehidupan kita sehari-hari merupakan hal yang sungguh menyenangkan. Bagaimana tidak, dia selalu bersama kita baik it...
-
Teknik Mesin Teknik Mesin yaitu ilmu tentang aplikasi dari ilmu fisika untuk analisa, desain, manufaktur dan perawatan sistem mekanik. I...
-
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya ole...
-
Afriani Minta Maaf Lewat Selembar Surat Bermaterai JAKARTA - Keluarga Afriani Susanti menggelar jumpa pers di Jakarta, semalam. Saat mem...
-
Hakikat Pendidikan Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan? Agak miris lihat...
-
Definisi Teknologi Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan ...
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar